Penulis banyak memiliki teman yang bergabung dalam Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam sejak mahasiswa hingga saat ini.
Bahkan banyak pekerjaan penulis kini banyak beraliansi dengan beberapa kader aktif organisasi himpunan mahasiswa Islam ini.
Himpunan Mahasiswa Islam adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut yang berdiri pada tahun 1947.
(Saya sengaja tidak menggunakan singkatan untuk Himpunan Mahasiswa Islam menjadi HMI. Karena saya rasa besarnya organisasi korps Hijau Hitam ini tidak lahir dalam waktu singkat).
Dari hal alumni organisasinya, Saya mengutip Presiden Jokowi yang mengatakan bahwa sebagian besar anggota kabinetnya dipenuhi kader-kader Himpunan Mahasiswa Islam. Belum lagi diluar politik, banyak alumni mereka yang lumayan besar jadi pengusaha, NGO, dan dunia pendidikan.
Kesan Penulis
Kesan penulis terhadap kawan-kawan Himpunan Mahasiswa Islam awalnya adalah organisasi yang cukup elit yang selalu berpakain rapi.
Bahkan saat pengkaderannya mereka mewajibkan pemberi materi memakai pakain kemeja atau batik dengan celana bahan.
Ciri lain menurut saya waktu itu adalah politis, keras, intelektualistik dan aktif dalam kegiatan-kegiatan intelektual. Namun setelah lebih akrab lagi dengan beberapa kader-kader Himpunan Mahasiswa Islam.
Diluar besarnya nama organisasinya dan sebagai mahasiswa aktif yang memiliki cita-cita menjadi insan ulil albab.
Insan Ulil Albab sendiri adalah seorang intelektual muslim atau pemikir yang memiliki ketajaman analisis atas fenomena dan proses alamiah, dan menjadikan kemampuan tersebut untuk membangun dan menciptakan kemaslahatan bagi kehidupan kehidupan manusia.
Saat penulis banyak berdiskusi dengan beberapa kader Himpunan Mahasiswa Islam di Lapmi.
Ternyata kami tidak selalu berdiskusi tentang hal-hal berat seperti tentang negara, politik dan intelektualitas.
Kami juga bicara juga tentang rindu, tentang cinta, tentang pesta, tentang pekerjaan pasca lulus, tentang teknologi, tentang buku, tentang jurnalistik, tentang masa depan dan lainnya. Bahkan kita bicara tentang hal-hal yang sederhana seperti serba-serbi dunia menulis.
Melalui tulisan singkat ini penulis mengkonfirmasi pepatah bahwa tak kenal maka tak sayang. Meskipun penulis berasal dari organisasi berbeda kita bisa tetap akrab dalam berdiskusi bahkan dalam berbeda pandangan.
Sayuti
Alumni GMNI Kota Tangerang