Kaum Pesisir Cisadane (KPC) Blosso merayakan milad ke 32 tahun. Perayaan itu dikemas dalam acara “Tasyakuran Milad Blosso ke-32 Tahun dan Konser Dirgahayu.
Acara berlangsung di Taman Eco Park Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. Sabtu (25/06/22).
Presiden KPC Bloso, Eko Askolani menyampaikan perjalanan Blosso selama dirinya menjadi kader. Selain itu, dia mengenang kegiatan yang pernah dilakukan Blosso, baik untuk kemajuan anggota dan kepentingan umum.
“Selama 32 tahun sudah banyak kegiatan yang dilakukan Blosso. Semenjak saya tergabung di tahun 2009, kita sudah banyak melakukan kegiatan sosial. Misalnya, ketika musim hujan dan dilanda banjir, kita bantu turun ke lapangan dengan memberikan sembako,” katanya.
“Dari sisi kebudayaan, seperti teater, monolog, dan puisi, teman-teman muda Blosso banyak yang meraih juara. Kita juga selalu menjadi mitra pemerintah daerah maupun swasta. Selanjutnya dari sisi agama, kita sering mengadakan pengajian seperti pengajian fiqih, filsafat, dan lainnya dengan mengundang guru-guru yang ahli pada bidangnya,” tambahnya.
Di samping itu, Eko berharap semangat Blosso tidak akan luntur, walaupun menghadapi tantangan zaman yang berbeda tetap harus menjaga solidaritas antar anggota.
“Di usia yang tidak muda lagi Blosso tidak pernah berhenti berkarya. Di Tangerang kader Blosso sudah mencapai 500 dan 57 diantaranya sudah menjadi sarjana. Blosso akan terus tumbuh, belajar, dan menyesuaikan diri di tengah tantangan zaman,” ujarnya.
“Dan, momentum milad ke-32 tahun adalah waktu yang tepat untuk Blosso kembali kepada khittah perjuangan dengan senantiasa menjadikan perbedaan sebagai rahmatan lil alamin,” harapnya.
Saat menjelang malam konser dirgahayu digelar. Banyak masyarakat yang ikut serta dalam acara tersebut. Acara dimeriahkan dengan beberapa musisi lokal, diantaranya D’corps, Awan, MS Cuong, dan Akamsi.
Selai itu, hadir pula para tamu undangan dari Kadispora Kota Tangerang, Kelurahan, Babinsa, dan Binamas, serta tokoh masyarakat Mekarsari. Dari organisasi pemuda hadir pula KNPI Kota Tangerang, HMI, Karang Taruna Mekarsari, dan Gerakan Ekonomi Kreatif (Gekrafs).
Di sisi lain, pendiri KPC Blosso, Sumangku Getar menyampaikan secara singkat sejarah terbentuknya KPC Blosso serta filosofinya.
“Bloso lahir tahun 1990, saya masih SMA kelas 1. Waktu itu bersama teman-teman, taglinenya geng-geng Blosso, lah. Awalnya, saya sering mancing ikan di pinggir Kali Cikokol. Jadi, saya kalo mancing dapetnya Ikan Blosso terus. Saya menangkap karakter Ikan Blosso selalu dipinggir, dia tidak mau ke tengah. Dia terkesan ikan bodoh, jelek, tapi paling mahal di Cisadane. Namun, itu salah satunya yang menjadi ukuran. Dari kekurangannya itu adalah perlawanan kita untuk tidak seperti itu,” paparnya.
Selanjutnya Sumangku mengenang momen yang paling berkesan selama mendirikan KPC Blosso, yaitu perjuangan bersama sahabatnya. Sumangku mengungkapkan bahwa Blosso akan selalu menjalin silaturahmi, menjaga keharmonisan dengan organisasi lainnya, bahkan seluruh komponen.
“Persahabat dan itu tergeruskan. Ada perbedaan karakter pada anak era sekarang dengan orang dahulu. Saya bisa menangis di atas panggung ketika hajat baru selesai. Saya bisa berpelukan karena keringat dan uang kita patungan, yang melahirkan sebuah karya, pemikiran, dan kesadaran. Kita memiliki hak yang sama di muka bumi ini. Status sosial bukan berarti benteng yang tak bisa mempertemukan. Dan, satu hal di Blosso terbiasa dengan nasehat, bermunajat, serta mengirim doa,” terang Sumangku yang juga Kepala Bidang Kebudayaan Kota Tangerang.
“Kedepannya, Blosso akan tetap menjalin silaturahmi dengan seluruh komponen, sekalipun komponen tersebut bertabrakan, karena kita tidak boleh memutuskan silaturahmi karena manusia punya proses. Perbedaan itu jalan yang Allah berikan pada kita, mengisi ruang itu rahmat bagi kita dan tidak hanya cerita,” imbuhnya. (AK)