Hari Perempuan Sedunia : Merawat Semangat Melawan Patriarki

Menjadi perempuan merupakan anugerah yang paling aku syukuri dalam hidup. Aku ingat saat pertama kali sosok bayi mungil menggerakkan kakinya hingga menyentuh dinding rahimku, mengharukan! Kemudian, saat bayi itu dikeluarkan dan menangis, saat itu juga aku segera mencurahkan seluruh rasa cintaku kepadanya. Dengan kuasa Allah, seorang manusia, perempuan yang dalam budaya patriarki dipandang lemah, bisa merawat dan membiarkan manusia lain tumbuh di dalam dirinya.
"Hari Perempuan Sedunia : Merawat Semangat Melawan Patriarki" | Ilustrasi ©Freepik.com

Menjadi perempuan merupakan anugerah yang paling aku syukuri dalam hidup. Aku ingat saat pertama kali sosok bayi mungil menggerakkan kakinya hingga menyentuh dinding rahimku, mengharukan! Kemudian, saat bayi itu dikeluarkan dan menangis, saat itu juga aku segera mencurahkan seluruh rasa cintaku kepadanya. Dengan kuasa Allah, seorang manusia, perempuan yang dalam budaya patriarki dipandang lemah, bisa merawat dan membiarkan manusia lain tumbuh di dalam dirinya.

Fenomena tersebut seolah menjadi pembuktian Sang Khaliq, bahwa pandangan patriarki terhadap perempuan adalah kesalahan. Hal-hal yang dilalui perempuan dalam hidupnya bukan sekedar hal remeh-temeh. Perempuan bisa melahirkan. Perempuan bisa berkarya. Perempuan bisa banting tulang mencari nafkah. Perempuan bisa mendidik. Perempuan bisa memimpin, bahkan perempuan juga bisa berperang.

Seperti Cut Nyak Dhien yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh bersama pasukan kecilnya di pedalaman Meulaboh. Juga seperti Nusaibah binti Ka’ab Al-Anshariyah yang dijuluki Ummu Umarah, wanita pertama yang menjadi prajurit Nabi Muhammad SAW. Dia berasal dari Bani Mazim An-Najar, dikenal sebagai prajurit Muslimah yang gagah berani dan tak kenal takut.

Ternyata sejarah juga telah membuktikan, perempuan bisa ikut andil dalam perjuangan. Perempuan bisa merubah tatanan. Namun, hari ini perempuan diasingkan, hak-haknya dibatasi. Pandangan-pandangan yang melemahkan perempuan telah ditanam dan dirawat hingga mendarah daging. Kini perempuan harus mengalami sedikit kesulitan agar bisa meraih citanya. Banyak yang menghalangi, stigma dan norma-norma di masyarakat, bahkan diri sendiri yang terlanjur diwarnai oleh budaya patriarki.

Demi memperingati Internasional Women’s Day hari ini, mari kita susun kembali semangat melawan segala bentuk penindasan dan patriarki. Aku yakin kita semua bisa merebut kembali kesetaraan. Berabad-abad kita diremehkan dan diasingkan. Sudah saatnya kita sadar, perlawanan dimulai dari kita. Perempuan harus selalu bergandengan tangan dan menyatukan suara demi memberantas patriarki hingga ke akarnya.

Kemerdekaan dari pandangan dan sikap yang lebih mengutamakan salah satu jenis kelamin daripada jenis kelamin lainnya, atau biasa disebut bias gender, juga harus diperjuangkan. Dengan harapan agar manusia di seluruh dunia bebas dari bias dan diskriminasi. Perempuan bisa bersikap dengan sisi maskulinnya dan laki-laki tidak perlu malu menunjukkan sisi femininnya. Peningkatan kesadaran mengenai kesetaraan harus terus dilakukan.

Terima kasih untuk Ibu yang telah mencurahkan seluruh cintanya kepadaku sehingga aku bisa senantiasa berproses dan berjuang melawan ketidakadilan. Terima kasih juga untuk Ibu mertua yang telah melahirkan seorang laki-laki yang bisa menghargai dan menerima kesetaraan. Tidak henti-hentinya puji syukur terucap dari bibirku ini. Selamat hari perempuan sedunia!!!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *