Tepat sebelum momen pergantian tahun, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis hasil survei Indeks Kebahagiaan secara nasional untuk 2021. Biasanya, provinsi dengan tingkat kemiskinan yang rendah cenderung memiliki Indeks Kebahagiaan yang tinggi.
Namun, pada hasil survei Indeks Kebahagian kali ini terdapat pola yang berbeda, yakni beberapa provinsi dengan tingkat kemiskinan yang tinggi juga memiliki Indeks Kebahagian yang tinggi (di atas rata-rata).
Fenomena itu disebut “Easterlin Paradox”, yaitu fenomena yang menunjukan bahwa kebahagiaan tidak berhubungan secara signifikan dengan pendapatan (Easterlin, 1974).
Dalam berbagai survei tersebut, beberapa provinsi yang menaungi kota-kota besar di Indonesia, kebahagian warganya tercatat turun. Salah satunya adalah Provinsi Banten, yang menduduki peringkat paling bawah dari 34 provinsi untuk urusan kebahagian dan kepuasan hidup.
Indeks kebahagian warga Banten di angka 68,08, angka itu berada di bawah rerata angka indeks nasional, yaitu 71,49. Jika melihat secara kalisifikasi antara wilayah, indeks kebahagiaan di perkotaan (68,43) > perdesaan (67,10). Pada klasifikasi laki-laki (68,57) > perempuan (67,53). Pada klasifikasi umur dari data BPS, semakin tinggi usianya semakin berkurang indeks kebahagiaannya. Begitu pun, pada kalsifikasi pendidikan, semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin besar indeks kebahagiannya. Terakhir, pada klasifikasi pendapatan, antara pendapatan Rp1.800.001 – Rp3.000.000 dengan pendapatan Rp4.800.001 – Rp7.200.000, terjadi ketimpangan yang cukup besar.
Selain Banten yang didapuk BPS menempati posisi terbawah sebagai provinsi yang warganya paling tidak bahagia di Indonesia. Di sisi lain, terdapat beberapa provinsi yang indeks kebahagiannya masih di bawah rerata indeks nasional, di antaranya:
- Aceh (71,24)
- Sumatera Utara (70,57)
- Sumatra Barat (71,34)
- Bengkulu (69,74)
- Jawa Barat (70,23)
- Bali (71,44)
- Nusa Tenggara Barat (69,98)
- Nusa Tenggara Timur (70,31)
- Papua (69,87)
- Ibu Kota, Jakarta (70,68)
Dalam keterangan tertulis laporan indeks kebahagiaan, Kepala BPS Margo Yuwono mengungkapkan, “Indeks Kebahagian bertujuan sebagai ukuran pembangunan yang bersifat subjektif, ditawarkan guna melihat persepsi masyarakat tentang apa yang dirasakan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.”
Tercatat BPS menggelar survei meneliti kebahagiaan masyarakat mulai 2014, berlanjut ke 2017, dan terakhir 2021. Pada 2021, survei dilakukan serentak di seluruh Kabupaten/Kota di 34 Provinsi dengan metode “Two Stage One Phase Sampling”, melibatkan 75 ribu responden rumah tangga dipilih secara acak.
“Pendekatan yang dilakukan meliputi: kepuasan hidup, afeksi (perasaan), dan eudaimonia (makna hidup),” papar Kepala BPS Margo Yuwono.
Secara nasional, sebetulnya rerata indeks kebahagian masyarakat di 34 provinsi untuk 2021 cenderung naik jika dibandingkan 2017. Indeks nasional kini menjadi 21,79, kenaikannya 0,8 basis poin.
Salah satu hasil yang menarik dari survei BPS. Penduduk Pulau Jawa yang memiliki infrastuktur lebih baik daripada Provinsi-provinsi pulau lain justru tidak masuk ke dalam 10 besar indeks kebahagian tertinggi.
Berdasarkan data BPS, ini 10 Provinsi dengan Indeks Kebahagian tertinggi di Indonesia pada 2021:
- Maluku Utara (76,34)
- Kalimantan Utara (76,33)
- Maluku (76,28)
- Jambi (75,17)
- Sulawesi Utara (74,96)
- Kepulauan Riau (74,78)
- Gorontalo (74,77)
- Papua Barat (74,52)
- Sulawesi Tengah (74,46)
- Sulawesi Tenggara (73,98)